Jurnal Pilar | Ibnu Sayyid Daffa
Jakarta, Pilarnusantara.id – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap adanya potensi bahaya pada sisi barat laut Gunung Merapi usai erupsi.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso menjelaskan potensi bahaya tak lepas dari adanya deformasi atau perubahan bentuk gunung di sisi barat laut Merapi.
Agus berujar, hasil pemantauan BPPTKG, sekarang ini telah terjadi inflasi di tubuh Gunung Merapi sektor barat laut. Inflasi ini merupakan salah satu bentuk deformasi gunung api.
“Ada potensi bahaya yang lain, di mana pada sektor barat laut ini terjadi pergerakan, terjadi inflasi,” kata Agus Budi dalam jumpa pers secara daring, Minggu (12/3).
Deformasi pada sektor barat laut telah teramati dua tahun belakangan di samping perubahan bentuk gunung pada sisi barat daya dan tengah kawah gunung yang merupakan titik kubah lava Merapi.
“Data pemantauan ini merupakan sesuatu yang signifikan, di mana telah terjadi deformasi di arah yang lain selain dari arah kubah lava saat ini yang berada di barat daya dan di tengah kawah. Namun terjadi deformasi yang terpusat di arah barat laut,” kata Agus.
Menurut Agus, deformasi tercatat sebesar 15 meter dalam kurun waktu dua tahun dan tebing berpotensi mengalami longsor menimbang besarnya perubahan bentuk gunung.
Dibandingkan saat menjelang erupsi tahun 2006 dan 2010, deformasi yang teramati kala itu kurang dari 4 meter. Sekalipun perubahan bentuk saat itu terjadi dalam waktu cepat.
“Yang kami khawatir bahwa tebing dari puncak sebelah barat laut ini menjadi tidak stabil dan longsor. Itu yang kami waspadai dan selalu kami pantau,” jelasnya.
Kendati, menurut Agus, tebing dari puncak sisi barat laut Gunung Merapi masih sejauh ini masih stabil dan kecepatan deformasinya relatif rendah.
“Ada beberapa skenario (potensi bahaya), cuma kalau kami jelaskan di sini barangkali bisa sampai malam. Yang bisa kami sampaikan mungkin ada potensi bahaya di situ namun memang belum nyata untuk saat ini. Sehingga masyarakat punya waktu untuk kesiapsiagaan,” tutupnya.
Sementara rangkaian awan panas guguran yang terjadi Sabtu (11/3) siang hingga petang kemarin dipicu oleh longsornya kubah lava sebelah barat daya. BPPTKG mencatat sebanyak 54 kejadian awan panas guguran pada Gunung Merapi sejak kemarin siang hingga hari ini pukul 15.30 WIB.
Runtuhnya kubah lava sebelah barat daya inilah yang memicu awan panas guguran sepanjang siang hingga sore ini dengan jarak luncur terjauh 4 kilometer ke arah barat daya atau Sungai Bebeng dan Krasak.
Namun, menurut Agus, jarak tersebut telah direvisi menjadi 3,7 kilometer berdasarkan data pemantauan drone.
Sementara mengacu kepada laporan mingguan BPPTKG berdasarkan analisis foto udara tanggal 13 Januari 2023, volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.598.700 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.267.400 meter kubik.
Berdasarkan pemodelan kedua kubah lava tersebut, BPPTKG menentukan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-baratdaya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Bebeng, dan Krasak sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran abu vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
BPPTKG sejauh ini masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.