Jurnal Pilar | Ibnu Sayyid Daffa
Kupang, Pilarnusantara.id – Nusa Tenggara Timur (NTT) jadi sorotan imbas kebijakan yang berawal dari permintaan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat agar murid-murid masuk sekolah mulai pagi buta.
Viktor menyatakan tidak akan mundur dari wacana tersebut lantaran menurutnya kebijakan itu merupakan salah satu upaya ‘memperbaiki’ SDM di NTT.
Belakangan dinas setempat mengevaluasi jam masuk sekolah dari pukul 05.00 jadi 05.30 Wita, dan baru diterapkan di sepuluh SMA/SMKÂ negeri di Kupang–ibu kota provinsi NTT.
Berbagai cerita diungkapkan para siswa Kupang yang duduk di bangku kelas XII SMA atas pemberlakuan jadwal masuk sekolah di pagi buta itu beberapa hari terakhir.
Mulai dari pergi sekolah di suasana gelap dengan rasa khawatir yang sangat tinggi hingga harus berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
Beberapa siswa pun sangat keberatan dengan pemberlakuan jam masuk sekolah tersebut, dan hanya terpaksa mengikuti aturan tersebut.
Salah satu murid yang keberatan adalah Desi Dopong Tonung, siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 1 Kota Kupang. Ia mengaku bisa memafhumi pemerintah daerah ingin memajukan pendidikan di NTT dan mendorong anak-anak di bumi Flobamora itu bisa masuk perguruan tinggi bergengsi di Indonesia.
Namun, dia menilai cara dengan memerintahkan para murid masuk di pagi buta itu tak tepat.
“Kalau untuk tujuannya sih setuju kalau untuk maksudnya membawa NTT masuk peringkat nasional di Indonesia, namun untuk pelaksanaan di jam 5.30 pagi sangat tidak setuju,” kata Desi dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (2/3).
Menurutnya jam masuk sekolah 5.30 yang lebih dulu dibandingkan matahari terbit itu sangat mengganggu aktivitas lain sebagai siswa juga sebagai anak yang masih tumbuh kembang. Ia mencontohkan jam istirahat, yang terpaksa harus bangun lebih awal untuk bersiap dan berangkat ke sekolah.
Belum lagi dengan masalah transportasi di pagi hari yang sangat susah saat akan berangkat ke sekolah.
“Itu kurang efektif, apalagi sebagai siswa di malam hari waktu tidur semua siswa sama di bawah jam 10 (malam). Karena bisa saja ada siswa yang memilik aktivitas malam hari seperti kegiatan di gereja dan lain-lain,” tutur Desi.
![]() ![]() ![]() Eureka Bary Blegur (16) berada di dalam Kelas XII IPA 2 SMAN 1 Kota Kupang saat masuk sekolah di pagi buta, Kamis (2/3). (CNNIndonesia/Elly)
|
Selain itu ada pula kegiatan lain di luar sekolah yang dilakukan sejumlah murid seperti dirinya. Desi mencontohkan dia dan beberapa temannya sedang mempersiapkan diri untuk Ujian Berbasis Komputer sehingga mereka mengikuti belajar daring di beberapa aplikasi.
Dan, sambungnya, aplikasi belajar daring tersebut ada fitur live class yang bisa dilakukan hingga larut hingga terkadang memaksa mereka baru bisa tidur di atas pukul 22.00 Wita bahkan sampai tengah malam.
“Jika sudah tidur di atas jam 12 (malam), lalu harus bangun pagi jam 4 mempersiapkan ini itu, itu sangat kurang efektif untuk otak kita menerima pelajaran di sekolah saat pagi,” keluh Desi.
Minta ubah sistem pembelajaran, bukan jam masuk
Selain persoalan-persoalan di atas, ada pula permasalahan lain yakni kesempatan bagi murid untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah apabila masuk pagi buta. Desi–yang tinggal bersama kerabat untuk menuntut ilmu di Kupang– mengaku selama dua hari terakhir penerapan masuk sekolah di pagi buta, dirinya tak sempat sarapan.
Oleh karena itu, dia mengusulkan agar jangan jadwal masuk sekolah yang dirubah tetapi yang harus dirubah adalah sistem pembelajaran di sekolah yang harusnya dirubah.
“Ada alternatif yang lebih baik, mungkin lebih meningkatkan mutu pembelajaran dan sekolahnya ketimbang harus diubah jam pembelajarannya,” kata dara asal Sumba Timur itu.
Dua hari pelaksanaan masuk sekolah jam pagi buta, Desi pribadi sudah merasakan gangguan pada ritme kehidupannya. Tubuhnya sudah terlalu capek setelah pulang sekolah yang berlangsung sejak subuh.
“Sehingga waktu pulang itu sudah lelah dan langsung tidur,” katanya.
Dan malam hari waktu mereka juga tersita untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang harus dikumpulkan pada keesokan harinya. Dia mengatakan tidak ada waktu lain selain mengerjakan tugas-tugas itu di malam hari.
Selain itu di sekolah pun konsentrasi terhadap pelajaran terganggu karena kantuk yang mengganggu imbas persiapan masuk di pagi buta.
“Kalau tadi masuk jam kedua itu sudah tidak tahan ngantuk lagi, karena sudah bangun dari jam 4 dan beraktivitas,” kata Desi
Selain itu kebijakan yang dikeluarkan Gubernur NTT untuk masuk sekolah pagi buta juga membuat murid seperti Desi harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar ojek.
“Sebelumnya kalau naik ojek online bayarnya tiga ribu hingga empat ribu tapi sejak kemarin (Rabu 1/3) harus membayar ojek online Rp. 12 ribu karena mungkin masih terlalu pagi dan belum ada kendaraan umum,” kata Desi.
Dia pun merasa tidak aman jika harus berangkat di saat kondisi Kota Kupang masih sangat gelap.