Apa Kabar Bandara Kertajati? Memiliki Luas 1.800 hektare Sama dengan Bandara Soekarno-Hatta

Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.(Foto:sumber).

Pilar Nusantara.id || Berita

 

Bacaan Lainnya

Jakarta – Bandar udara atau Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati atau Bandara Kertajati adalah bandar udara internasional yang terletak di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kira-kira 68 kilometer di Timur Bandung.

Dilansir dari angkasa pura2.co.id, Bandara Kertajati merupakan bandar udara terbesar kedua di Indonesia berdasarkan luas setelah Bandara Soekarno-Hatta . Bandara Kertajati ini memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahunnya.

Direktur Operasional dan Pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat atau PT BIJB Agus Sugeng Widodo menjelaskan bandara yang berada di Majalengka ini adalah yang pertama dibangun langsung besar, bukan rintisan atau pindahan, dan langsung mendapat predikat internasional. Luasnya pun tak kalah dari CGK.

“Ini bandara pertama yang dibangun oleh beberapa instansi, Kemhub, Pemprov Jabar, dan Airnav, campuran berbagai pihak. Luas bandaranya 1.800 hektare, sama persis seperti Soekarno-Hatta,” katanya pada 2 November 2018, dikutip dari angkasapura2.co.id.

Bandara ini telah diresmikan operasinya pada 24 Mei 2018, dengan Pesawat Kepresidenan Indonesia mendarat sebagai yang pertama di sini. West Java internasional Airport ini berfungsi sebagai penyangga untuk membantu memudahkan lalu lintas udara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta.

Pembangunan Bandara Kertajati sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri, studi kelayakan bandara juga sudah dilakukan sejak 2003, izin penetapan lokasi pun sudah dilakukan sejak 2005. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup mendanai sendiri pembangunan bandara dengan APBD, namun ternyata Pemprov Jawa Barat tak kunjung merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga 2011.

Setelah dilakukan peninjauan ulang ternyata pembangunan bandara membutuhkan alokasi APBN. Kemudian selama 7 tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus akibat pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pembangunan kemudian baru dimulai tahun 2014, untuk pengerjaan, pembersihan lahan dan pondasi.

Tak hanya itu, Bandara Kertajati juga dimasukkan dalam program strategis nasional pembangunan sejak 2015 hingga 2017 kemudian dilakukan dengan menggunakan anggaran Kementerian Perhubungan.

Pada awal peresmiannya, Bandara ini memperoleh respons yang negatif dari penumpang terlihat dari minimnya jumlah penumpang serta kurangnya aktivitas di bandara. Beberapa maskapai penerbangan yang sebelumnya beroperasi di bandara tersebut bahkan menutup rute penerbangan mereka dari Kertajati.

Imbas dari kejadian tersebut adalah bandara Ini akhirnya menghentikan layanan penerbangan reguler pada Juli 2019. Salah satu penyebab utama rendahnya jumlah penumpang adalah minimnya akses ke bandara tersebut hal itu terjadi karena jalan tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan atau Cisumdawu yang merupakan akses utama menuju Bandara Kertajati belum selesai dibangun.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah merancang bandara Kertajati untuk digunakan sebagai embarkasi haji, pusat kargo, serta fasilitas perbaikan dan perawatan pesawat. Mulai Mei 2023 layanan bandara ini kembali digunakan untuk pemberangkatan haji dengan fokus utama pada jamaah asal Cirebon Raya, namun pemberangkatan haji dari daerah lain masih dilakukan melalui Bandara Cengkareng.

Saat ini Bandara Kertajati telah beroperasi kembali dan melayani beberapa penerbangan internasional termasuk penerbangan umroh yang dilakukan empat kali seminggu dan penerbangan rute Kuala Lumpur – Kertajati yang beroperasi dua kali seminggu.

Direktur utama dari Bandara Internasional Jawa Barat atau PT BIJB saat ini adalah Muhammad Singgih yang diangkat berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham dengan akta Nomor 16 tanggal 19 Desember 2019.

Lelaki yang lahir di Purworejo tanggal 3 Mei 1971 ini tidak memiliki hubungan afiliasi dengan anggota dewan komisaris dan direksi lainnya, ia merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atau STAN tahun 1994 dan kemudian melanjutkan studi di STIE Jagakarsa dan selesai pada tahun 2001.*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *